(surat-surat diam ku yang membatu)
Istriku,mari lah kita duduk di antara bulan
dan kesyahduan bintang-bintang
tenggelam di kelam malam,
tanpa serta sepatah katahanya duduk dan saling diam
menemani perginya malam ...
(inilah duduk dan saling diam yang begitu indah karena kita t'lah sama-sama mengerti bahwa semua persoalan hidup akan dijernihkan dan digenapkan oleh sang waktu)
Kasih,
bagai berdzikir ku baca surat-surat diam mu
surat-surat yang kau tulis dengan air mata
bagai berdzikir ku baca surat-surat diam mu
surat-surat yang kau tulis dengan air mata
Istriku,
ketika waktu t'lah terbaring hening
kisah kasih kita nanti tinggallah sketsa
memudar meredup begitu saja
ketika waktu t'lah terbaring hening
kisah kasih kita nanti tinggallah sketsa
memudar meredup begitu saja
bersama bintang yang tenggelam dan langit pun kosong ...
Kasih,
di atas tanah merah ini ku kubur surat-surat diam mu
surat-surat diam mu yang membatu
di atas tanah merah ini ku kubur surat-surat diam mu
surat-surat diam mu yang membatu
dan yang tersisa kini tinggallah pusara
bernisankan cinta
Istriku
walau t’lah tiada
kenang-kenang kan lah aku …
kenang-kenang kan lah aku …
kasih,
kau kan s’lalu ada
di setiap pori-pori jiwaku
Surat-surat yang tidak pernah ia kirimkan pada istrinya karena sesuatu hal.
Dan sang suami berharap suatu hari kelak ketika ia telah tiada, sang istri akan membaca kumpulan surat-surat cinta nya agar sang istri tahu kalau ia benar-benar mencintainya.
wans_sabang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar