Total Tayangan Halaman

Minggu, 22 Mei 2011

Bosan Aku Caci Maki Kamu !



Bosan Aku Caci Maki Kamu !

Aku dilahirkan dari kedua orang tua yang bukan tukang mencaci maki. Jadi Tak sepantasnya kalau aku jadi orang yang suka mencaci maki. Like Father like Son, buah jatuh selalu tidak jauh dari pohonnya.
Sewaktu aku dilahirkan di sebuah rumah sakit pemerintah, di ‘oper’ kesana, di ‘oper’ kesini, di ‘cuek’in, di judesin suster dan para perawatnya, karena orang tuaku ke rumah sakit dengan membawa SKTM (Surat Keterangan Tanda Tidak Mampu) atau lebih akrab disebut : Surat Miskin, masih saja orang tua ku bisa tersenyum dan tidak mau  mencaci maki.
Aku disekolahkan di  Sekolah Dasar yang lebih mirip “kandang sapi” dengan lapangan sekolahnya sama dengan “kubangan kerbau” setelah di guyur hujan. Orang Tuaku masih saja diam dan tak mau mencaci maki.
Ketika PLN memutuskan aliran listrik di rumahku karena orang tua ku telat membayarnya, setelah dua bulan yang lalu PAM telah memutuskan dan mencabut meteran air nya, masih saja orang tua ku, tertunduk-tunduk hormat dan ewuh pakewuh kepada para petugas itu dan tak keluar sepatah katapun caci makian.
Aku benci semua ini !.
Ketika 17 tahun umurku, sebagai stempel kedewasaan, aku pun mengurus KTP.  Sambil menyerahkan KTP ku yang telah selesai, sambil berbisik, petugas kelurahan meminta uang tips sebesar 50 ribu padaku. Dan aku pun berteriak : GILA, LHO !, KATANYA NGURUS KTP  GRATIS ?.
Sambil bersikeras untuk tidak memberikan uang sepeserpun, aku pun pergi sambil mencaci maki, “HUH DASAR !, PETUGAS SIAL !.”
Tanpa kusadari, dari hari kehari, aku pun selalu mencaci maki dan senang mencaci maki.
Ketika buruknya pelayanan transportasi umum yang ku temui, dari bis kota dan kereta ekonomi. Aku caci maki kamu !.
Ketika banjir tahunan yang melanda kota Jakarta, hingga merendam rumahku sampai sedada. Aku caci maki kamu !.
Ketika TVRI (stasiun TV satu-satunya yang ada pada saat itu) sedang menyiarkan KELOMPENCAPIR. Aku Caci Maki Kamu !.
Ketika Beliau sedang membacakan Laporan Pertanggung Jawaban dihadapan wakil rakyat, karena saking bosannya terhadap Beliau yang kelamaan menjabat jadi Presiden. Aku Caci Maki Kamu !.
Ketika sebuah paduan suara para wakil rakyat menyanyikan koor : Setujuuuuuuu !, untuk mengangkat beliau kembali menjabat sebagai Presiden untuk 5 tahun lagi. Aku benar-benar kesal terus caci maki kamu !.
Ketika terjadi krisis moneter, rupiah anjlok terpuruk ke jurang yang paling dalam. Aku Caci Maki Kamu!.
Ketika mahasiswa memutuskan untuk turun ke jalan, memberikan ULTIMATUM agar beliau diturunkan dari jabatannya sebagai presiden. Aku semakin bersemangat caci maki kamu.
Di panggung Orasi, ketika aku lebih memilih : REVOLUSI SAMPAI MATI ! dari pada REFORMASI 1/2 HATI.  Aku Caci Maki Kamu !.
Tanpa terasa kini aku telah menjadi orang tua, ya orang tua yang suka mencaci maki.
Ketika aku menatap keluguan wajah anak-anakku, Like father like Son, buah jatuh selalu tidak jauh dari pohonnya. Oh, My God !, apakah anak-anakku nanti akan seperti diriku menjadi orang yang suka mencaci maki.  God, cukup aku saja si Tukang Caci Maki itu !.
Jujur, sebenarnya aku pun bosan caci maki kamu.
Karena kamu adalah makhluk yang paling tuli sedunia, patung yang terbuat dari batu cadas, Begitu kasarnya aku caci maki kamu. Tetap saja kamu diam tak bergeming. Karena kamu adalah makhluk paling sombong dan tolol sedunia.
STOP !
Tadi kan aku sudah bilang, sebenarnya aku bosan caci maki kamu !.
Bukan karena aku BENCI kamu tapi karena aku SAYANG kamu, Indonesia  …
Jadi izinkan aku terus caci maki kamu …
Bogor, 23 Agustus 2010
Wans_Sabang
catatan yang terserak dari seoarang aktivis,
oleh-oleh Reformasi 1/2 Hati ….
sebuah bentuk sayang yang “aneh”

Tidak ada komentar: