Total Tayangan Halaman

Minggu, 22 Mei 2011

Indonesia Sudah Merdeka ?



Setiap tanggal 17 agustus, saya selalu teringat akan pembacaan puisi dari budayawan Bung Ikranegara.
Waktu ramai-ramai nya era reformasi, para tokoh nasional, perwakilan-perwakilan dari elemen mahasiswa dan masyarakat banyak yang berorasi dengan bahasa yang meletup-letup siap untuk meledakkan sebuah kebuntuan sejarah yang disebut orde baru.
Bung Ikranegara naik ke atas panggung orasi. Bung Ikra diam sesaat, suasana yang kami tangkap saat itu tiba-tiba saja hening. Diam nya Bung Ikra saja telah begitu membuat kami penasaran, orasi macam apakah yang akan beliau bawakan, karena telah berlalu  tokoh-tokoh nasional yang berorasi, cukup memacu adrenalin kami untuk berontak melawan dan meruntuhkan orde baru.
Semangat untuk berontak melawan dan meruntuhkan rezim orde baru kami selalu di charge dengan demo-demo dan mendengarkan orasi para tokoh nasional anti orde baru pada saat itu.
Tapi Bung Ikra ternyata tidak membawakan orasi yang berapi-api sifatnya. Beliau ciptakan keheningan karena rupanya beliau ingin membacakan sebuah puisi. Kami semua yang menonton pada saat itu penasaran menunggu seorang budayawan membacakan puisi. Pasti akan ada sesuatu hal yang baru atau sesuatu hal yang unik yang dapat memberikan kami pencerahan.
Kini yang terdengar hanya suara Bung Ikra saja penuh semangat meneriakkan kata-kata :
Merdeka !
Merdeka !
Merdeka !
lalu kemudian tiba-tiba dengan wajah tertunduk tanpa semangat atau yang kami lihat adalah semangat yang berbeda dengan pada saat beliau meneriakkan yel-yel merdeka tadi.  Dan dengan suara lirih, nyaris tak terdengar, beliau berkata :
Indonesia belum merdeka …
Sebelum kami dapat mencerna kata-kata itu, Bung Ikra pun turun dari panggung orasi menyepi dari keramaian panggung.
Kami semua yang hadir pada saat itu cukup terkesima dan kaget dengan puisi singkat yang baru saja dibacakan oleh Bung Ikra sehingga kami semua terlambat memberikan tepuk tangan kepada Bung Ikra. (saya rasa Bung Ikra juga tidak membutuhkan tepuk tangan kami semua).
Sebuah puisi singkat, namun mampu menghujam ulu hati kami semua yang hadir pada saat itu. Indonesia belum merdeka …. Sebuah kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Bung Ikra mampu membuat kami harus me restart ulang pikiran kami pada waktu itu. Apa benar Indonesia belum merdeka ?, Kalau salah, timbul lagi pertanyaan dalam hati kami, Apa memang Indonesia sudah merdeka ?.
Indonesia belum merdeka ? atau Indonesia sudah merdeka ?. Sebuah pertanyaan yang bukan hanya perlu data-data penelitian dari berbagai macam sudut pandang keilmuan untuk menjawabnya tapi juga diperlukan sebuah kejujuran dari hati kita yang paling dalam.
Nilai sebuah kejujuran ini lah yang saat ini sulit dan langka di temukan karena adanya berbagai macam kepentingan pribadi, golongan dan partai. Sulit nya menjawab pertanyaan ini secara jujur dan obyektif sesulit kita mencari orang yang jujur di negara ini.


Cibitung, Bekasi, 17 Agustus 2010
wans_sabang

“Pengibaran bendera setengah tiang atas mati nya hati nurani ….”

Tidak ada komentar: