Total Tayangan Halaman

Selasa, 10 Mei 2011

SIAPAKAH AKU?


SIAPAKAH AKU?
"Nama lho?." Tanya seorang gadis disebelahku yang tiba-tiba saja sudah mengulurkan tangan untuk berkenalan.
"Wage." Jawabku gak semangat.
Perlu aku jelaskan kenapa aku sedang gak semangat saat ini. Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah di SMP Negeri 18 Jakarta. Bukan SMP favoritku, tapi memang kenyataan nya sudah begitu, aku bisa apa?. Dan gadis yang disebelahku, bukanlah gadis yang tidak menarik. Kulitnya putih, wajahnya hmmm... manis juga kalau diperhatiin, dan yang jelas orang nya supel dan ramah.
"Hi, hi, hi, nama yang lucu." Sahut gadis disebelahku lagi.
"Maksud lho?." Tanyaku ketus.
"Sorry, bukan itu maksud gue …nama lho aneh!." Jelas gadis itu.
"Aneh...?."
"Ya, buat kuping gue terdengar aneh, nama panjang lho?." Tanya gadis itu menyelidik.
"Wage doang!." Jawabku kesal.
"Wage doang?, masa sih ?, gak kreatif banget bokap lho!. Tambahin deh nama lho biar keren, hmm (sambil berfikir) ... bagaimana kalau nama panjang lho gue tambahin jadi Wage Rudolph Supratman, he he he ....." Sahut gadis itu tambah sok akrab padaku.
"Gila lho!, itu sih pencipta lagu Indonesia Raya!." Jawabku kesal tapi setelah diperhatiin, gadis ini enak juga sih di ajak ngobrol nya.
"Lantas apa hubungan lho dengan si Wage itu ?. Nama lho kok bisa sama?. Apa ada hubungan saudara antara lho sama si Wage itu?." Tanya gadis itu dengan cerewet.
"Si Wage itu, si Wage itu ... si Wage itu siapa maksud lho?, Wage Rudolph Supratman ?." Tanya aku mulai kesal.
"He em." Jawab nya sambil mengangguk.
"Hubungan gue sama dia yang jelas adalah saudara." Jelasku mencoba mempermainkan gadis itu.
"Bener lho saudara an sama si pencipta lagu Indonesia Raya?." Tanya gadis itu penasaran.
"Iya lah, saudara sebangsa dan setanah air !, ngerti kan ?." Jelasku memperolok gadis itu.
"Huh, dasar !, ditanya serius malah becanda, Norak lho !." Sahut gadis itu sambil merengut cemberut.
"Ya, Gak ada lah hubungan nya, lho aja yang norak !, mentang-mentang nama nya sama lantas disangka saudara begitu?." Jelasku berusaha menenangkan nya.
"Mungkin bokap lho dulu nya nge fans berat sama dia?." Kata nya mencoba mencairkan suasana.
"Jangan ngeledek lho !." Jawabku tersinggung. "Ya, Mungkin aja ?!, di dunia ini apa sih yang gak mungkin ?, lagian kenapa juga sih lho yang repot ngurusin nama gue?." Sahutku bete.
"Nama gue : Eka!." Sambil gadis itu menyodorkan tangannya.
Wage menyambutnya tanpa semangat menjabat tangan Eka.
"Nama lengkap gue : Ekawati Riana Sembiring.". Jelas Eka padaku.
"Gue gak nanya !." Sahutku acuh saja.
"Sial lho !." Gerutu gadis itu.
"Gak kreatif juga ya bokap lho?." Tanyaku pada Eka.
"Masa sih?. Dari mana lho bisa tahu kalau bokap gue juga gak kreatif?." Tanya Eka penasaran.
"Pasti lho anak pertama dan bokap lho orang batak kan?."  Tanyaku lagi.
"Ya iya lah, nama gue kan Eka berarti satu, marga gue Sembiring, ya jelas aja lho bisa nebak kalau gue anak pertama dan bokap gue orang batak, huh dasar, bener-bener norak lho !." Jawab Eka kesal.
"Benar kan tebakan gue !. Itu arti nya bokap lho juga sama gak kreatif nya sama bokap gue !, Hehehehe ...ya kan?." Kata ku pada Eka.
"He he he, iya juga sih." Eka tertawa renyah sambil menggaruk kepalanya yang gak gatal.
"Tapi biar bokap kita sama-sama gak kreatif, masih kerenan gue lah nama nya." Kata Wage menyombongkan diri.
"Ge, nama lho bukan keren tapi aneh menurut gue. Singkat, padat dan aneh. ya ... (sambil berfikir lagi) ya memang aneh aja nama lho !. Artinya apa Ge, nama lho ?. Tanya Eka mulai lembut padaku.
Artinya ?. a .. ap (sambil berfikir serius) apa ya ?. Gue gak tau, Ka !. Jawabku polos.
"Gimana sih ?, lho aja yang punya nama gak tau artinya, apalagi orang lain." Jelasnya kesal.
Wage diam saja merenungi sesaat kata-kata yang telah Eka ceploskan pada nya.
"Ah, udah, gitu aja ngambek !. Lho tersinggung ya dengan omongan gue ?."  Tanya Eka. "Sensitif banget sih lho jadi cowo!." Sahut Ekameremehkanku.
"Sial lho !, siapa yang sensitif ?. Gue tuh lagi mikir tau !." Sahut aku  kesal.
"Memangnya otak lho bisa di pakai buat mikir, Ge?. Bukan nya otak lho udah ketutup sama rambut kribo lho?, he he he ...." Sahut Eka meledekku.
"Lho bisa diam gak sih kalau gue lagi mikir?." Sahutku agak serius.
"Siaaaaap !, grak !.". Jawab Eka lantang seperti tentara yang sedang latihan baris.
"Kasih gue ruang dong buat konsentrasi, Ka ..." Kataku sok pintar..
"Siap, Dan !, perintah saya laksanakan !." Sahut Eka sigap.
"Aneh ?. Sampai se gede ini ternyata gue baru sadar kalau ternyata gue gak tau arti nama gue sendiri .. aneh?, benar-benar aneh?. Kenapa selama ini gue enjoy-enjoy aja di kasih nama Wage sama bokap nyokap gue?. Aneh, benar-benar aneh?." Kata Wage terheran-heran.
"Gue bilang juga apa?, nama lho tuh aneh !. Gue bilang aneh nya cuma sekali tapi lho berkali-kali, aneh benar-benar aneh !." Sahut Eka menjelaskan.
"Sekarang gue mulai tau artinya, Ge ..."  Kata Eka tertarik.
Wage diam sesaat menanti omongan Eka lalu mulai kesal. "Ah, sok tahu lho !."
"Menurut gue Wage itu arti nya, singkat, padat dan aneh benar-benar aneh !, setuju gak lho?." .
"Ah,Gila lho !." Sahut Wage kesal sambil berlalu pergi dari hadapan Eka.
Eka bengong merasa di tinggal begitu saja oleh Wage. Jarang sekali dia diperlakukan seperti itu oleh teman-teman cowo nya.
Huh, dasar kribo kampungan !. Umpat Eka kesal.

@ @ @ @ @ @


Wage terbaring di tempat tidur nya, mata nya sulit sekali dipejamkan.

Gue suka nama lho. singkat, padat, aneh tapi keren?. Ia teringat terus akan kata-kata Eka tentang nama nya.
Keren ... ???.

Bagaimana seandainya namaku bukan Wage ?. Bukankah sebelumnya ibuku ingin menamaiku, Arjuna. Wow !, itu baru keren.
Arjuna, ksatria tampan, gagah, berwibawa dan siapa gadis yang tidak suka padanya ? .
Memangnya kalau aku diberi nama Arjuna  lantas begitu saja aku bisa berubah menjadi Raden Arjuna ?.
Tiba-tiba muka ku yang kotak, jidat yang menonjol keras,  alis tebal yang menakutkan dan tidak boleh dilupakan rambut keritingku yang menyebalkan alias kribo (sering orang-orang bilang kalau aku lebih mirip petinju negro). Bagaimana mungkin aku bisa berubah menjadi Arjuna ?. Atau Arjuna nya yang harus berubah menjadi mirip aku ?. Mudah-mudahan saja.
Oh, kenapa ibuku tidak bersikeras untuk memberi ku nama Arjuna ?
Dan ketika ku tanyakan pada bapakku kenapa memberiku nama Wage, dia hanya diam saja. Dia cuma bilang kalau nama Wage juga bagus dan gak jelek-jelek amat.
Aku sempat minta ganti nama tapi bapakku tidak mengijinkan karena nama Wage adalah pemberian kakekku, bisa kualat nanti kata bapakku.
Mending kualat deh, dari pada terus di tanyain orang, kenapa nama nya cuma Wage doang?. Aku cuma bisa diam saja walau hati runyam.

Bersambung ...



Bogor, 11 Agustus 2010
wans_sabang

Siapakah Aku ? (# 2)
Langganan itu adalah Raja

“Arjuna …!, Arjuna … !, Arjuna …. !, ayo bangun, sayang … sudah siang nih, pisang rebus dan wedang jahe nya sudah siap untuk disantap, mumpung masih hangat,. ayo bangun, sayang ….” Lamat-lamat terdengar suara Srikandi membangunkan aku.
Aku pun membalasa nya dengan kata-kata manja, “hmmm, masih ngantuuuuuk sayaaang.”
Dengan mata masih terpejam, Wage mencoba meringkuk kembali sambil memeluk guling gepengnya. “Bobo lagi yuk, sayang !.” Wage semakin kencang memeluk guling gepengnya, mungkin kata yang lebih tepat adalah Wage semakin bernapsu memperkosa guling gepengnya.
“Ge… Ge …, bangun Ge !.” Ibuku berusaha berkali-kali memanggilku sambil mengguncang-guncang tubuhku.
“Wageeeeeee … !, Wageeeeeee … !
Sementara di halaman rumah, Suara Bokapku yang seperti orang kesurupan terus berteriak-teriak memanggilku.
“Byur !.”
“Srikandi, kenapa tubuh mulus mu rasanya manis-manis pedas sih ….” Kataku di alam khayal.
“Wageeeeee !.”
Mendengar teriakan itu seperti mendengar suara meriam, aku kaget dan langsung terbangun.
Srikandi pun raib entah kemana?. Srikandi !, Srikandi, Oh … jangan tinggalkan aku !.
Karena tidak sabar melihat cara ibu membangunkan aku, Bokap masuk kedalam kamarku, langsung saja ia menyiramkan wedang jahe ke arah muka ku (wedang jahe yang sebenarnya telah di siapkan ibu untuk sarapanku).
“Jam berapa ini!.” Sahut Bokapku sambil menunjuk ke arah jam yang menempel di dinding kamarku.
‘Boro-boro’ mau lihat jam di dinding, membuka mata saja, susah nya minta ampun.
“Banguuuunnnn !.” Teriak Bokapku lebih keras lagi.
“I, I, iii , iya, Pak … !.” Dengan tubuh gemetar, aku pun langsung beranjak pergi ke kamar mandi.
Bokapku adalah pedagang kelontong, lumayan lengkap lah isi tokonya. Mulai dari peniti hingga pesawat terbang, he he he. Aku suka bilang ke para pelanggan kalau nama tokoku adalah : Toko LMGA (singkatan dari : Lho Mau apa aja, Gue Ada-adain).
Dan aku suka nyengir sendiri, begitu kreatifnya jiwa dagang bokapku, dengan jasa layanan antar, para pelanggannya senang karena kalau mau beli mereka tidak perlu repot-repot harus datang ke toko, cukup telepon atau sms, barang siap diantar.
Kebutuhan para langganan harus di antar secepat mungkin, kalau tidak bokapku bisa marah besar dan ngomel, “Langganan itu adalah raja, Ge!, kita harus melayaninya sebaik mungkin, jangan sampai mereka kapok dan pada kabur, gara-gara kerjamu kaya keong !.”
Bagaimana mungkin aku disamakan dengan keong ?. Persamaan yang selalu membuatku kesal. “Buat Bapak pelanggan itu adalah raja tapi buatku, aku kan bukan budaknya mereka !, Pak. “ Bantahku suatu ketika pada Bokap.
“Melayani pelanggan itu bukan budak, karena dengan melayani maka mereka akan memberi kepada kita, itu lah yang kita jual dan mereka beli, bukan cuma barang tapi juga pelayanan. “ Jelas bokapku penuh semangat.
“Bukan itu maksudku, Pak … .” Sahutku lagi.
“Apalagi ?, Ah, sudahlah, gak usah banyak berdebat, nanti malah kesiangan, Ayo cepat kamu antar. “ Perintah bokapku tegas.
Aku pun seperti kuda pedati yang dipecut baru kemudian jalan.
“Ingat, Ge !, langganan itu adalah raja !, tanamkan kata-kata sakti itu dalam otakmu yang masih beku !. Teriak Bokap padaku.
Tanpa menjawab apapun, aku pun pergi meninggalkan bokap yang masih berkacak pinggang. Aku adalah raja, aku adalah raja, aku adalah raja, kata-kata sakti ciptaanku sendirilah yang terus saja ku tanamkan ke dalam otakku sebagai bentuk pemberontakkan atas sikap bokap yang menurutku keras.
Sambil terus menggerutu dalam hati, akhirnya gerobak besi itu pun menggelinding di jalan.
Semakin banyak langgangan yang mesti aku antar akan membuatku semakin sering datang terlambat ke sekolah. Sering aku mengeluhkan masalah ini pada bokap. Bokap cuma bilang, “Salah kamu sendiri, kalau kamu bangun lebih pagi, pekerjaan mu akan lebih cepat beres dan kamu bisa berangkat ke sekolah lebih awal, jadi tidak ada alasan lagi untuk terlambat !.” Begitu selalu alasan bokap kepadaku. Dan aku tidak bisa membantahnya karena memang aku malas untuk bangun pagi.
“Ge…, Ge…., Wageeee … !.”
Dari kejauhan terdengar teriakkan suara cewe yang memanggil-manggil namaku.
Akupun segera mengenali suara cewe itu. Secepat kilat aku membuang muka, topi pandan yang ku kenakan semakin ku kencangkan tapi tetap saja rambut kriboku gak bisa diajak berdamai, rambut kriboku ‘mumbul’, jadi percuma saja muka ku tetap saja tidak bisa ditutupi topi pandan itu.
“Waduuh bisa hancur deh, reputasi gue !.”

Bersambung ….

Bogor, 19 Agustus 2010
wans_sabang
 

Tidak ada komentar: