Total Tayangan Halaman

Selasa, 10 Mei 2011

LAKON

LAKON
bisa di artikan sebagai gerak laku sesorang yang memerankan sebuah adegan, bagian dari sebuah kisah sebuah episode.

Kalau dunia ini adalah sebuah film dan setiap orang masing-masing akan mendapatkan sebuah peran yang harus dilakoni sesuai dengan skenario yang diberikan kepadanya. Apakah kita boleh memilih peran apa yang sesuai dengan kemauan kita sendiri?.
Kalau boleh memilih, lantas siapa yang mau memerankan lakon susah, sedih dan menderita?. Jawabannya adalah pasti tidak ada orang yang mau, semua orang mau nya mendapat peran untuk melakoni lakon senang, bahagia dan gembira.
Seperti apa film jadi nya?, kalau cerita nya hanya mengisahkan lakon senang, bahagia dan gembira saja. Film tersebut akan sewarna dan seragam. Tidak adanya perbedaan dan tentu nya tidak akan ada konflik, tentu saja film tersebut nantinya akan menjemukan dan membosankan, kisahnya hambar dan tidak bisa di nikmati.

Sebuah film sejatinya menceritakan sebuah kisah yang tidak sewarna dan seragam karena kisahnya nanti  akan monoton, adanya perbedaan yang dapt menimbulkan konflik, kisahnya akan semakin variatif dan hidup seperti memiliki ruh, kisahnya dapat membuat kita tertawa terbahak-bahak atau menangis tersedu-sedu.

Cerita demi cerita di dalam film tersebut akan bisa memabukkan bahkan sampai enghanyutkan, menimbulkan rasa penasaran dan penonton akan sukar untuk menebak akhir dari cerita itu.




Setelah aku di beri segelas minuman oleh pemuda simpatik di sebuah acara pesta ulang tahun temanku.

Palu godam serasa meninju kesadaranku, perlahan detak jantungku melemah, tulang-tulangku tiba-tiba saja  bagai hantam dingin yang hebat, seketika itu juga tubuh ku ambruk tanpa daya.

Tidak ada lagi yang bisa ku ingat, aku coba merangkai sebuah puzzle berantakan yang ada di dalam rak memoriku, ku coba susun walau terasa pedih, hingga menjadi sebuah gambar yang utuh.

Sial!, ternyata ini bukan mimpi!.
Apa yang telah di lakukan pemuda simpatik itu terhadap ku?, aku berusaha menepis angan buruk yang hendak melintas cepat menyergap kewarasanku.
Tidak mungkin!, Tidak mungkin!,
Oh, Tuhan apa yang telah terjadi?.

Secepat kilat aku menyambar selimut untuk menutupi tubuh telanjangku.

Pikiranku masih saja membela kewarasanku yang terusik. Tidak mungkin!, Tidak mungkin ini terjadi!, begitu kuatnya kata-kata itu ku teriakkan di dalam benakku.

Baju pesta, Beha dan celana dalamku yang berserakan begitu saja di lantai akhirnya membunuh kewarasanku. Oh, Tuhan !. Apa guna nya teriak dan tangis histerisku?.
Pemuda simpatik itu telah memperkosa ku.
Tuhan kenapa aku tidak mati saja!.

Jarum detik tak bergerak lagi. Ruang pun kini tak berdimensi lagi.
Waktu ku tersedot ke angka nol, detik nol, menit nol dan jam nol.
Ruang jiwaku kini adalah ke kosongan tak bertepi.

Gunting yang ku ambil dari laci lemari rias telah menggantikan peran Tuhan yang sudah tak ku percaya lagi.

Darah mengalir, aku berhasil memotong urat nadiku. Semakin banyak darah yang keluar, tubuh ku pun semakin lunglai. Aku tersenyum menikmati sakit demi sakit. Ternyata setan yang sedari tadi hanya membisik-bisikkan saja padaku, kini dengan berani ia berdiri di hadapanku. Ia tertawa terbahak-bahak mengejekku, sambil dengan isyarat jari tengah ku acungkan di depan mukanya, walau lirih aku katakan padanya, "Fuck You!."

Dan aku kini telah menjadi sesuatu yang baru ... ya cuma sesuatu bukan seseorang..


Suatu Malam di  Cafe Down Town

Masih ku ingat ketika tubuh atletisku menindih menempel ketat di tubuh nya, tangan kekar ku memaksa angkat baju pesta dan BH nya kemudian ku lemparkan sembarangan. Celana dalamnya pun ku peloroti kemudian ku buang. Sesaat mataku menikmati tubuh telanjangnya.
Tanpa perlawanan  karena sebelumnya aku telah menaruh obat tidur dengan dosis tinggi ke dalam gelas minuman yang ku berikan pada nya.
Dengan bernapsu aku memperkosanya. Oh, my God, masih perawan!. Dengan susah payah akhirnya kenikmatan itu dapat ku tuntaskan. Gadis itu pun ku tinggalkan begitu saja bagai seonggok sampah.

Mungkin begitu lah maksud sebuah film di buat dan setiap orang masing-masing akan mendapatkan peran yang berbeda-beda dari sang Sutradara. Suka atau tidak, kita tidak bisa memilih dan kita hanya harus memerankannya dengan sebaik-baiknya.

Musik blues malam ini begitu biru, ku hisap rokok putihku untuk mengusir resah. Ku lihat tinggal setegukkan lagi whiskey cola ku. Aku tersenyum memandangi gelas itu. Ini sudah gelas yang ke tujuh, butuh berapa gelas lagi agar aku bisa mabuk dan melupakan semua yang pernah terjadi?. Akhirnya ku reguk juga, sisa whiskey cola itu ...
Sebelum habis ku reguk whiskey cola itu tiba-tiba  saja dari arah belakang terdengar ledakkan sebuah pistol. Bunyinya begitu memekakkan telinga. Ternyata pistol itu memang benar mengarah ke kepalaku.dan dengan tepat  dan cepat menghamburkan otak yang ada di kepalaku.

Akhirnya hanya dengan sebuah peluru aku benar-benar bisa melupakan semuanya, semua yang  pernah terjadi pada gadis itu.

Esok pagi nya di halaman sebuah koran termuat berita : SEORANG JENDERAL MENEMBAK  PEMERKOSA ANAK GADIS NYA HINGGA TEWAS.



diambil dari kisah : Ros, Jakarta, medio 2005
wans_sabang







Tidak ada komentar: